GANGGUAN IRAMA JANTUNG
(ARITMIA / DISRITMIA)
Disusun oleh:
Ruang 303
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
GANGGUAN IRAMA
JANTUNG
A. PENGERTIAN
Aritmia
adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekwensi atau irama.
Aritmia adalah gangguan system hantar jantung dan bukan struktur jantung.
Aritmia dapat didefenisikan atau diidentifikasi dengan menganalisa gelombang
EKG. Aritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal implus dan mekanisme
hantar yang terlibat.
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,
1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung
tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
Misalnya,
aritmia yang berasal dari nodus sinus ( nodus SA ) dan frekwensinya lambat
dinamakan sinus bradikardi, jika aritmia berasal dari atrium dinamakan
takikardi, jika berasal dari nodus AV atau sambungan dinamakan fluter dan
fibrilasi dan jika berasal dari ventrikel dinamakan denyut premature.
B.
ETIOLOGI
Penyebab
yang paling umum dari aritmia ventrikel adalah penyakit miokard (iskemi dan
infark), yang disertai dengan perubahan keseimbangan elektrolit, gangguan
metabolisme, toksisitas obat dan vasospasme coroner. Karena implus berasal dari
ventrikel, maka tidak melalui system konduksi yang normal melainkan jaringan
otot ventrikel. Hal ini menimbulkan gambaran kompleks QRS yang lebar (< 0,12
detik)
Penyebab
dasar suatu aritmia sering sulit dikenali tetapi beberapa faktor aritmogenik
berikut ini dapat menjadi perhatian :
1. Hipoksia
: miokardium yang kekurangan oksigen menjadi iritabel
2. Iskemia
: infark miokard dan angina menjadi pencetus
3. Stimulasi
simpatis : menguatnya otot tonus karena penyebab apapun (hypertiroid, gagal
jantung kongesti, latihan fisik dll) dapat menimbulkan aritmia.
4. Obat–obatan
: efek dari pemberian obat–obatan digitalis atau bahkan obat-obatan anti arimia itu sendiri
5. Gangguan
elektrolit : ketidak seimbangan kalium, kalsium dan magnesium
6. Bradikardi
: frekuensi jantung yang sangat lambat dapat menjadi predisposisi aritmia
7. Regangan
(stretch) : hipertrofi ventrikel
Dua
jenis komplikasi infark miokardium yang harus ditanggulangi adalah :
a. Ketidakstabilan
elektris atau aritmia
b. Disfungsi
mekanik atau kegagalan pompa jantung
Jenis – Jenis Aritmia Ventrikel :
a.
Ventrikel
ekstrasistol ( VES, PVB, PVC )
Aritmia ventrikel yang
terjadi sewaktu tempat ektopik diventrikel mengalami depolarisasi spontan dan
menyebabkan kontraksi ventrikel. Biasanya terjadi bila sewaktu bagian ventrikel
mengalami iritasi atau cidera akibat kekurangan oksigen. QRS tidak hanya lebar,
tetapi timbul premature dengan gelombang T yang berlawanan defleksinya dengan
kompleks QRS.
Ventrikel ekstrasistol dapat
mengakibatkan berkurangnya volume secukupnya, karena ventrikel yang belum
terisi penuh oleh darah saat sebelum kontaksi. Akibat dari VES yang biasanya
timbul setiap saat dalam siklus jantung. Bentuk VES yang berbahaya adalah :
1) VES
lebih dari 6 kali permenit
2) VES
“bigemini“ yaitu satu sinus satu VES secara bergantian
3) VES
“multifocal“ yaitu memiliki dua atau lebih bentuk yang berbeda
4) VES
“konsekutif” yaitu muncul VES yang berurutan dua atau lebih
5) VES
“R on T“ yaitu VES yang jatuh pada gelombang T
denyut sebelumnya.
b.
Ventrikel
takikardi ( VT )
Adalah aritmia ventrikel
yang terjadi sewaktu kecepatan denyut ventrikel mencapai 100 – 200 kali
permenit. Volume sekuncup akan berkurang akibat waktu pengisian yang sangat
terbatas. VT yang berlangsung lama merupakan keadaan gawatdarurat yang menjadi
pertanda henti jantung.
Tiga atau lebih VES yang
berturut – turut dapat disebut ventrikel takikardi. Irama biasanya teratur,
gelombang P tidak ada dan gelombang QRS yang melebar. VT terus menerus atau
lebih panjang.
c.
Ventrikel
fibrilasi ( VF )
Merupakan ventrikel yang
sangat ekstrim, paling sering mendahului kematian mendadak pada orang dewasa.
VF terjadi bila ventrikel mengalami depolarisasi secara kacau dan cepat sehingga ventrikel tidak berkontraksi sebagai
satu unit tetapi bergetar secara in efektif. Mekanisme yang terjadi pada VF
adalah jantung tidak dapat menghasilkan curah jantung, tekanan tidak terukur
dan cardiac arrest.
Memiliki irama tidak teratur
dengan frekuensi yang tidak dapat dihitung, gelombang P tidak ada dan kompleks
QRS lebar serta tidak teratur. Tidak ada jarak komples jarak yang terlihat,
hanya ada oksilasi idak teratur dari garis dasar. Terdapat jenis VF dasar (
coarse VF ) dan VF halus ( fine VF ).
C. TANDA
– TANDA ARITMIA VENTRIKEL
1. Gambaran
klinis
Pasien dengan aritmia,
gejala awal yang sering ditemukan adalah :
a) Palpitasi
yaitu orang tersebut merasakan denyut jantungnya sendiri bertambah cepat atau
melambat.
b) Tanda
– tanda penurunan curah jantung seperti
·
Pasien mengeluh pusing yang disertai sinkop (
pingsan )
·
Pulsasi lemah, hemodinamik menurun, akral
dingin
c) Pasien
kejang dan kesadaran menurun
2. Gambaran
electrocardiogram
Ventrikel ekstrasistol karena denyur
berasal dari ventrikel, maka tidak melalui system konduksi yang normal. QRS
tidak hanya premature tetapi melebar dengan gelombang T yang berlawananan
didefleksinya dengan kompleks QRS. VES digambarkan melalui pola dan frekuensi
timbulnya bisa jarang, kadang – kadang atau sering.
D. TEST
DIAGNOSTIK ARITMIA
1.
Elektrokardiogram
( EKG )
a. Resting
EKG : rekaman EKG yang dibuat pada saat pasien berbaring atau istirahat
b. Exercise
EKG ( stress test ) : menggunakan tread mill test atau ergocycle sementera
irama jantung tetap dimonitor
c. Holter
monitoring : monitor irama jantung yang dilakukan selama 24 jam dengan
pemasangan electrode ditubuh ( dada ) pasien sementara pasien tetap melakukan
aktivitas harian.
d. Transtelephonic
monitoring : pasien menggunakan tape recorder untuk merekam irama jantung dalam
beberapa hari /minggu, jika pasien merasakan tanda – tanda aritmia, maka ia
menghubungi stasiun monitoring.
2.
Pemeriksaan
laboratorium
a. Elektrolit
: peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan
aritmia.
b. Toksisitas
obat : kelebihan dosis obat – obatan seperti digitalis, quinidin dapat
menyebabkan aritmia
c. Hormone
tyroid : peningkatan atau penurunan kadar tyroid serum dapat menyebabkan
aritmia.
d. Laju
sedimentasi : peningkatannya dapat menunjukan proses inflamasi akut :
endokarditis yang dapat mencetuskan aritmia
e. Analisa
gas darah : hipoksemia dapat menyebabkan aritmia
3. Pemeriksaan
foto : foto thorax dapat menunjukkan pembesaran jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katub
4. Stress
test : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang dapat menyababkan
aritmia
5. Elektrofisiologic
study ( EPS) : untuk mengetahui jenis, tipe, tempat aritmia dan respon terhadap
pengobatan dengan menggunakan catheterusasi jantung.
E. PENATALAKSANAAN
A. Penata
pelaksanaan medis pada aritmia ventrikel dapat di lakukan 2 cara yaitu:
1) Obat
– obatan anti aritmia
Penggunaan obat – obatan
anti aritmia harus berhati – hati, karna efek obat tersebut juga bisa
menyebabkan aritmia atau memperburuk aritmia. Obat anti aritmia diberikan pada
kondisi pasien dengan hemodinamik yang stabil
Jenis obat – obatan :
a. Amiodaron
Pada VT atau VF tanpa nadi
diberikan 300 mg iv bolus diencerkan 20 – 30 cc. dapat diulang dengan dosis 150
mg selang waktu 3-5 menit sampai dosis maksimal 2,2 gram dalam 24 jam. Dapat
diberikan secara drip dengan dosis 0,5 mg/ menit
b. Lidokain
Pada cardiac arrest dosis
1,0 – 1,5 mg/kg BB iv bolus dan dapat diulang dengan dosis 0,5 – 0,75 mg/kg BB.
Dapat diberikan perdrip dengan dosis 1-4 mg/ menit
c. Magnesium
sulfat
Pada ventrikel fibrilasi
diberikan dengan dosis 1 – 2 gr diencerkan pada 10 cc iv bolus dan diberikan
cepat dengan memperhatikan efek hipotensi dan asistol.
2) Terapi
dengan listrik
a. Defibrilasi
·
Pengobatan dengan menggunakan aliran listri
dalam waktu yang singkat secara unisinkron
·
Indikasi : venbtrikel fibrilasi dan ventrikel
takikardi tanpa nadi
·
Energy pertama adalah 200 joule, kedua 200 –
300 joule, ketiga 360 joule
·
Jenis alat : selain defibrillator yang
biasanya digunakan dirumah sakit ada jenis lain dari alat ini yaitu :
a) Automatic
external defibrillator ( AED ) yaitu defibrillator otomatis yang dapat dipakai
oleh orang awam,tanpa harus mengenali gambaran EKG karena defibrillator
tersebut akan secara otomatis menganalisa dan menginstruksikan perlu tidaknya
defibrilasi.
b) AICD
( automatis implantable cardioveter defibilators) yaitu alat defibralasi yang
ditanam dibawah kulit pasien, dan jika VF atau VT terdeteksi maka AICD
mengeluarkan 0,05 – 34 joule listrik dan dapat berulang sampai 4 kali jika
aritmia menetap.
b. Cardioversi
·
Pengobatan yang menggunakan aliran listrik
dalam waktu singkat secara sinkron
·
Indikasi pada aritmia ventrikel :ventrikel
takikardi dengan nadi ( + ) dan hemodinamik tidak stabil
·
Energy pertama adalah 100 joule, kedua 200
joule, ketiga 300 joule dan keempat 360 joule
3) PTCA
(Percutaneous Transluminal Coronary Angiosplasty)
·
Bertujuan menbuka pembuluh darah koroner yang
menyempit dangan cara di latasi dengan kateter balon sehingga aliran darah
pulih kembali.
·
Indikasi : vetrikel takikardi dan ventrikel
fibrilasi berulang yang berhubungan dengan iskemik miokard, syok kardiogenik.
Adapun penatalaksanaan
menurut jenis aritmia adalah:
a) Ventrikel
Ekstra sistol (VES)
1. Mengatasi
penyebannya aritmianya, misalnya karena gangguan elektrolit. Maka elektrolit di
koreksi terlebih dahulu.
2. Jika
VES jarang sekali biasanya. Biasanya tidak memerlukan agen aritmia.
3. Jika
VES sering atau >6x/mnt, berurutan atau multiform di atasi dengan agen anti
aritmia seperti amniodaron atau lidokain.
b) Ventrikel
Takikardi (VT)
1. Jika
pasien secara hemodinamikstabil, maka di atasi dengan agen aritmia.
2. Jika
pasien menjadi tidak stabil, tetapi nadi(+), maka di lakukan cardioversi
(sinkronisasi) dengan energy mulai dari 100 joule.
c) Ventrikel
Fibrilasi
1. Pada
keadaan emergency di mana alat defibrilasi tidak siap maka dapat di lakukan
prekordial thumph (pukulan)
2. Jika
alat defriblasi sudah siap segera lakukan defibrilasi dengan energy awal 200
joule, lalu 300 joule dan 360 joule.
3. Jika
tidak terjadi perubahan, dapat di lakukan kompresi eksternal sambil menunggu
irama jantung
4. Jika
aritmia terjadi secara continue, maka untuk jangka panjang dapat di gunakan
AICD.
B. Penata
pelaksanaan perawatan secara umum bertujuan untuk:
1. Mencegah
atau mengobati aritmia yang mengancam jiwa
2. Mencegah
komplikasi lebih lanjut yang terjadi akibat aritmia dan penatapelaksaannya
3. Mendukung
pasien atau keluarga dalam menerima kecemasan atau takut terhadap resiko
situasi yang mengancam hidup.
4. Membantu
mengidentifikasi penyebab atau faktor pencetus
5. Mengkaji
informasi sehubungan dengan kondisi/prognosis/program pengobatan.
C.
PATOFISIOLOGI
Seperti yang sudah
disebutkan diatas, aritmia ventrikel umumnya disebabkan oleh iskemia atau infark
myokard.Lokasi terjadinya infark turut
mempengaruhi proses terjadinya aritmia. Sebagai contoh, jika terjadi infark di
anterior, maka stenosis biasanya barada di right coronary artery yang juga
berperan dalam memperdarahi SA node sehingga impuls alami jantung mengalami
gangguan.
Akibat dari kematian sel
otot jantung ini, dapat menimbulkan gangguan
pada depolarisasi dan repolarisasi jantung, sehingga mempengaruhi irama
jantung. Dengan dilepaskannya berbagai enzim intrasel dan ion kalium serta
penimbunan asam laktat , maka jalur-jalur hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat
menyebabkan hambatan depolarisasi atrium atau ventrikel serta timbulnya
aritmia. Penurunan kontraktilitas myokard akibat kematian sel juga dapat menstimulus
pangaktifan katekolamin yang meningkatkan rangsang system saraf simpatis, akibatnya akan terjadi peningkatan
frekuensi jantung, peningkatan
kebutuhan oksigen dan vasokonstriksi. Selain
itu iritabilitas myokard ventrikel juga menjadi penyebab munculnya aritmia ventrikel, baik VES< VT
maupun VF.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
EKG : menunjukkan pola cedera
iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek
ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2.
Monitor Holter : Gambaran EKG (24
jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh
gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3.
Foto dada : Dapat
menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel
atau katup
4.
Skan pencitraan miokardia : dapat
menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5.
Tes stres latihan : dapat
dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
6.
Elektrolit : Peningkatan atau
penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7.
Pemeriksaan obat : Dapat
menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi
obat contoh digitalis, quinidin.
8.
Pemeriksaan tiroid : peningkatan
atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9.
Laju sedimentasi : Penignggian
dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor
pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
PENGKAJIAN FISIK
1. Aktivitas : kelelahan umum
2. Sirkulasi : perubahan TD (
hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi
jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan
kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menruun bila curah jantung menurun berat.
3. Integritas ego : perasaan gugup,
perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
4. Makanan/cairan : hilang nafsu
makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat
badan, perubahan kelembaban kulit
5. Neurosensori : pusing, berdenyut,
sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
6. Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri
dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah
7. Pernafasan : penyakit paru
kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8. Keamanan : demam; kemerahan kulit
(reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan
tonus otot/kekuatan
KADAR NORMAL CAIRAN ELEKTROLIT
1.
Potassium ( Kalium )
Adalah
kation yang paling banyak pada intraseluler
Kalium berfungsi sebagai pengatur aktivitas enzim sel dan komponen dari cairan sel. Berperan vital pada proses transmisi dari impuls listrik dan kontraksi syaraf, jantung, otot, intestinal, dan jaringan paru; metabolisme protein dan karbohidrat. Membantu pada pengaturan keseimbangan asam basa karena ion K dapat diubah menjadi ion hydrogen. Pengaturan ion K oleh pompa Natrium, sekresi aldosteron merangsang ekskresi K dalam urin. Nilai normal Kalium sekitar 3,5 – 5 mEq/L
Kalium berfungsi sebagai pengatur aktivitas enzim sel dan komponen dari cairan sel. Berperan vital pada proses transmisi dari impuls listrik dan kontraksi syaraf, jantung, otot, intestinal, dan jaringan paru; metabolisme protein dan karbohidrat. Membantu pada pengaturan keseimbangan asam basa karena ion K dapat diubah menjadi ion hydrogen. Pengaturan ion K oleh pompa Natrium, sekresi aldosteron merangsang ekskresi K dalam urin. Nilai normal Kalium sekitar 3,5 – 5 mEq/L
2.
Calsium ( Kalsium )
Berfungsi
untuk transmisi impuls syaraf dan pembekuan darah, katalisatos kontraksi otot
dan kekuatan kontraksi otot. Dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12 dan kekuatan
tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid
dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal,
sekresi melalui ginjal. Hormon thyrokalsitonin menghambat penyerapan Kalsium
tulang. Nilai normal 1,3 – 2, 1 mEq/L atau 1/3 dari jumlah plasma protein
3. Magnesium
Merupakan
kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Berfungsi pada aktivitas enzim,
metabolisme karbohidrat dan protein. Magnesium di absorpsi oleh intestinal dan
diekskresi oleh ginjal. Nilai normal 1,3 – 2, 1 mEq/L atau 1/3 dari jumlah
plasma protein
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Sistem Kardiovaskular II. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://sitisobariyah19.blogspot.com/2013/10/sistem-kardiovaskular-ii.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Siti Sobariyah - Kamis, 10 Oktober 2013
Belum ada komentar untuk "Sistem Kardiovaskular II"
Posting Komentar