BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Otitis Media Akut adalah
suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri
patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut (OMA)
dapat terjadi kare beberapa faktorpenyebab, seperti sumbatan tuba eustachius
(merupakan penyebab utama darikejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan
tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran
pernafasan atas), dan bakteri( Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza,
Moraxella catarrhalis,dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus
hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris).
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta
anak-anak mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya
(Berman, 1995).Menurut Teele (1991) dalam Commissoet al. (2000), 33% anak akan
mengalamisekurang-kurangnya satu episode OMA pada usia 3 tahun pertama.
Terdapat 70%anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami satu episode OMA
(Bluestone,1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi penyebab 22,7%
anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada usia 4 sampai dengan
5tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar sepertigakunjungan
ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik ke dokter
adalah untuk follow-up penyakit otitis media tersebut (Teeleet al.,1989).
Menurut Casselbrant (1999)
dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa19% hingga 62% anak-anak mengalami
sekurang-kurangnya satu episode OMAdalam tahun pertama kehidupannya dan sekitar
50-84% anak-anak mengalamipaling sedikit satu episode OMA ketika ia mencapai
usia 3 tahun. Di AmerikaSerikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada usia 0
sampai dengan 2 tahun,diikuti dengan anak-anak pada usia 5 tahun.
2.
TUJUAN
1.
Tujuan umum
Mahasiswa dapat
memahami kelainan pendengaran pada pasien otitis media
2.
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa mampu memberikan pengkajian pada pasien
dengan otitis media
2.
Mahasiswa mampu memberikan diagnosa pada pasien dengan
otitis media
3.
Mahasiswa mampu memberikan intervensi pada pasien
dengan otitis media
4.
Mahasiswa mampu memberikan implementasi pada pasien
dengan otitis media
5.
Mahasiswa mampu memberikan evaluasi pada pasien dengan
otitis media
3.
RUMUSAN
MASALAH
1)
Apa definisi otitis media ?
2)
Apa penyebab otitis
media ?
3)
Bagaimana
perjalanan penyakit otitis media ?
4)
Apa saja tanda dan
gejala?
5)
Apa pemeriksaan
penunjang dan diagnostik penyakit otitis media ?
6)
Bgaimana
penatalaksanaan medis otitis media ?
7)
Bagaimana Asuhan
Keperawatan Klien dengan otitis media ?
BAB II
KONSEP DASAR
TEORI
A.
ANATOMI
DAN FISIOLOGI
Sistem pendengaran
Sistem yang digunakan untuk mendengar.Hal ini
dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz.
Pendengar luar terdiri atas daun
telinga dan liang telinga luar. Daun
telinga adalah sebuah lipatan kulit yang
berupa rangka rawan kuping kenyal. Bagian luar liang telinga
luar berdinding rawan, bagian dalamnya mempunyai dinding tulang. Ke
sebelah dalam liangTelinga luar berfungsi menangkap
getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke
telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang
bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
1.
Anatomi Telinga
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam.Telinga luar berfungsi menangkap
getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke
telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang
bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
Susunan Telinga
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam.
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar,
dan membran timpani (gendang
telinga). Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi
bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran
suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun
telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju
gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi
dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan
kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga
tidak kering.Pendengar luar terdiri atas daun
telinga dan liang telinga luar.
Daun telinga adalah sebuah lipatan kulit
yang berupa rangka rawan kuping kenyal. Bagian luar
liang telinga luar berdinding rawan, bagian dalamnya mempunyai dinding
tulang. Ke sebelah dalam liang. Telinga luar
berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari
telinga luar ke telinga dalam.
Reseptor
yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya
berupa impuls ke otak untuk diolah.Telinga luar terdiri dari daun telinga,
saluran luar, dan membran timpani (gendang telinga). Daun telinga manusia
mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung fungsinya
sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat
sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak
dan membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan
lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda
asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar
dan gendang telinga tidak kering
b. Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk
menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan
telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga
luar melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga
dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan
membran yang transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang
tersusun seperti rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval.
Ketiga tulang tersebut adalah tulang
martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan (inkus).
Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga
mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang
berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi
terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas. Fungsi rangkaian tulang dengar
adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang telinga (membran timpani)
menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela oval.Bagian
ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar
seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga
tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar
melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam
melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran
yang transparan.
Selain
itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai yang
menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut
adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan
(inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak
sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang
berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi
terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas.
Pendengar tengah terdiri atas rongga gendangan yang
berhubungan dengan tekak melalui tabung pendengar Eustachius. Dalam
rongga gendangan terdapat tulang-tulang pendengar, yaitu martil, landasan dan
sanggurdi. Martil melekat pada selaput gendangan dan dengan
sebuah sendi kecil juga berhubungan dengan landasan.
Landasan mengadakan hubungan dengan sanggurdi melekat
pada selaput yang menutup tingkap jorong pada dinding dalam rongga gendangan
telinga manusia. Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan
getaran suara dari gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga
telinga tengah ke jendela oval.
c. Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari
labirin tulang dan labirin membran.5 bagian utama dari labirin membran, yaitu
sebagai berikut.
1.
Tiga saluran setengah lingkaran
2.
Ampula
3.
Utrikulus
4.
Sakulus
5.
Koklea atau rumah siput
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran
sempit. Tiga saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus
merupakan organ keseimbangan, dan keempatnya terdapat di dalam rongga
vestibulum dari labirin tulang. Koklea mengandung organ
Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang
sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval,
saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan
saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran.
Di antara saluran vestibulum dengan saluran tengah
terdapat membran Reissner, sedangkan
di antara saluran tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler. Dalam saluran
tengah terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel
dengan membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar
tersebar di permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran
tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan
berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar.
Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ Korti.
1. Telinga Luar (Auter Ear)
·
Aurikula / daun telinga : Terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Berfungsi untuk menangkap gelombang suara dan mengarahkannya ke dalam MAE
(Meatus Akustikus Eksterna)
·
Meatus Akustikus Eksterna / Liang telinga luar : Panjang ± 2,5 cm,
berbentuk huruf S, 1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak terdapat
kelenjar minyak dan kelenjar serumen yang bersifat antibakteri dan memberikan
perlindungan bagi kulit
·
Kanalis auditorius eksternus : Panjangnya sekitar 2,5cm, kulit pada kanlis
mengandung kelenjar glandula seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin
yang disebut serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan
perlindungan pada kulit.kanalis auditorius eksternus akan berakhir pada
membrane timpani.
2. Telinga Tengah
·
Membran Timpani / gendang telinga.Gendang telinga terdiri atas 3 lapis:
1. Lapis luar (lanjutan kulit dari liang telinga)
2. Lapis tengah (jaringan ikat yang lentur)
3. Lapis dalam (selaput lendir).
Terdiri dari
jaringan fibrosa elastis. Berbentuk bundar dan cekung dari luar. Terdapat
bagian yang disebut pars flaksida, pars tensa, dan umbo. Refleks cahaya kea rah
kiri jam tujuh dan jam lima ke kanan. Dibagi menjadi 4 kuadran, yaitu: atas
depan, atas belakang, bawah depan, dan bawah belakang. Berfungsi menerima
getaran suara dan meneruskannya ke tulang-tulang pendengaran.
·
Tulang-tulang pendengaran : Terdiri dari maleus, incus, dan stapes.
Berfungsi menurunkan amplitude getaran yang diterima membran timpani dan
meneruskannya ke jendela oval.
·
Cavum Timpani : Merupakan ruangan yang berhubungan dengan tulang mastoid
sehingga bila terjadi infeksi pada telinga tengah dapat menjalar menjadi
mastoiditis.
·
Tuba Eustachius : Bermula di ruang timpani kea rah bawah sampai nasofaring.
Struktur muosa merupakan lanjutan mukosa nasofaring. Tuba dapat tertutup pada
kondisi peningkatan tekanan suara secara mendadak, dan terbuka saat menelan dan
bersin. Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara di luar dan di dalam
telinga tengah
3. Telinga
Dalam
·
Koklea : Skala vestibule yang berhubungan dengan vestibular berisi
perylimph. Skala timpani yang berakhir pada jendela bulat, berisi perylimph.
Skala media/duktus koklearis berisi endolimph. Dasar skala vestibule disebut
membran basalis, dimana terdapat organ corti dan sel rambut sebagai organ
pendengaran.
·
Kanalis Semisirkularis : Terdiri dari 3 duktus yang masing-masing berujung
pada ampula (sel rambut, krista, kupula), yang berikatan dengan system
keseimbangan tubuh dalam rotasi.
·
Vestibula : Terdiri dari sakulus dan utrikel yang mengandung macula.
Berkaitan dengan system keseimbangan tubuh dalam hal posisi.
2. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandigan luas membran timpani
dan tingkap lonjong.
Energi getar yang telah diamplifikasi
ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran
Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative
antara membran basalis dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke
nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis.(tambahan anfis: ari + aan). Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval.
Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada
di dalam saluran vestibulum.
Getaran cairan tadi akan
menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
Getaran dengan frekuensi
tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan
sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambutsel menyentuh membran
tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan
membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian
menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui
saraf pendengaran.
Cara
kerja indra pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan
gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke
jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan
limfa yang ada di dalam saluran vestibulum.
Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan
menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan
selaput-selaput
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
Susunan
dan Cara Kerja Alat Keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa
tiga saluran setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal)
dan organ keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan
disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan
utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor
keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula terdiri dari kelompok
sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk
kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran semisirkular (saluran setengah
lingkaran) peka terhadap gerakan kepala.
Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari
sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada
otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan
otolith pada rambut yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.Bagian
dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah
lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan
yang ada di dalam utrikulus clan sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan
disebut ampulayang berisi
reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke
sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan.
Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula terdiri dari
kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang
berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran
semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala.Alat
keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf
yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith,yaitu butiran natrium
karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang
menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.
B.
DEFINISI
Ø Otitis adalah radang
telinga, yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya pendengaran, tinitus dan
vertigo. Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi
otitis media berarti peradangan dari telinga tengah.
Ø Otitis
media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustacheus, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid/( soepardi, iskandar ,1990)
Otitis media adalah infeksi atau inflamasi pada telinga tengah (mediastore,2009
)
Ø Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid
(Ahmad Mufti, 2005)
Jadi, kesimpulannya Otitis media adalah inflamasi pada
bagian telinga tengah yang disebabkan masuknya bakteri patogenik ke dalam
telinga. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai
pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.
C.
ETIOLOGI
Etiologi dari otitis media dibedakan menjadi 2 yaitu:
a.
Otitis
Media Akut
Biasanya
penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas (common
cold). Penyebab otitis media akut (OMA) dapat berupa virus maupun bakteri.Virus
atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba
eustakius atau kadang juga melalui aliran darah. Otitis media akut juga bisa
terjadi karena adanya penyumbatan pada sinus atau tuba eustakius akibat alergi atau
pembengkakan amandel.
Penyebab utama
otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah
yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi
tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (sinusitis, hipertrofi
adenoid) atau reaksi alergik ( rhinitis alergika).
Bakteri yang
umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus peneumoniae,
Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis. Penyebab Otitis media akut adalah bakteri piogenik
seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus ,
haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus
vulgaris, pseudomonas aerugenosa.
Kuman penyebab utama pada OMA adalah bekteri piogenik, seperti Streptokokus
hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pnemokokkus. Kadang-kadang ditemukan juga
Haemofilus influenza, Echeuria colli, Streptokokus anhelolitikus, Proteus
vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa. Selain itu, OMA juga dapat terjadi karena
reaksi alergi.
b. Otitis
Media Kronis
Otitis media
kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi)
(Mediastore,2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh: otitis media
akut penyumbatan tuba eustakius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam
telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba luka
bakar karena panas atau zat kimia. Bisa juga disebabkan karena bakteri, antara
lain:
- Streptococcus.
- Stapilococcus.
- Diplococcus
pneumonie.
- Hemopilus
influens.
- Gram
Positif : S. Pyogenes, S. Albus.
- Gram
Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
- Kuman
anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.
Penyebab OMK antara lain:
1.
Lingkungan
Hubungan penderita OMK
dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi kelompok sosioekonomi rendah
memiliki insiden OMK yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini
berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.
2.
Genetik
Faktor genetik masih
diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMK berhubungan dengan
luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara
mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal
ini primer atau sekunder.
- Riwayat
otitis media sebelumnya
Secara
umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut
dan/ atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang
menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan
kronis
- Infeksi
Bakteri
yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi
pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode
kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah
bakteri Gram (-), flora tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.
- Infeksi
saluran nafas atas
Banyak
penderita mengeluh keluarnya sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran
nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam
telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
- Autoimun
Penderita
dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap OMK.
- Alergi
Penderita
alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang
bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi
terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal
ini belum terbukti kemungkinannya.
- Gangguan
fungsi tuba eustachius
Pada
otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi
apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui.
Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi
fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin
mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa
faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani yang menetap pada OMK
adalah:
- Infeksi
yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi
sekret telinga purulen berlanjut.
- Berlanjutnya
obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada
perforasi.
- Beberapa
perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi
epitel.
- Pada
pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah
penutupan spontan dari perforasi.
D.
Klasifikasi
a.
Otitis Media Akut
Otitis
media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu. Otiitis media akut adalah
proses infeksi yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga atau gangguan
dengar, serta gejala penyerta lainnay tergantung berat ringannya penyakit,
antara lain : demam, iritabilitas, letargi, anoreksia, vomiting, bulging hingga
perforasi membrana tympani yang dapat diikuti dengan drainase purulen.Otitis
media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada
anak-anak terutama 3 bulan-3 tahun.Otitis media akut adalah infeksi yang
disebabkan oleh bakteri pada ruang udara pada tulang temporal (CMDT, edisi 3 ,
2004 ).
Otitis
media akut adalah dari yang timbulnya cepat dan berdurasi pendek, otitis media
akut biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan di telinga tengah bersama
dengan tanda-tanda atau gejala-gejala dari infeksi telinga, gendang telinga,
yang menonjol biasanya disertai nyeri, atau gendang telinga yang berlubang,
seringkali dengan aliran dengan materi yang bernanah. Demam dapat hadir.
Otitis mediaakut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah. Yang paling sering terlihat Otitis media akut ialah Otitis media viral akut, Otitis media
bakterial akut, Otitis media nekrotik akut.
Stadium OMA
Ø Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi
dapat dibagi menjadi 5 stadium:
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius. Tanda adanya oklusi
tuba eustachius ialah adanya gambaran retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi
udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normak (tidak ada kelainan) atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi.
Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh
virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis. Pada stadium ini tampak pembuluh
darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak
hiperemis atau edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat
eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium Supurasi. Edema yang hebat pada mukosa telinga
tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang
purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) kea
rah liang telinga luar. Pada keadaan ini, pasien tampak sangat sakit, nadi dan
suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
4. Stadium Perforasi. Karena beberapa sebab seperti
terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat
terjadi rupture membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah
ke liang telinga luar. Pasien yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang,
suhu badan turun dan pasien dapat tidur nyenyak.
5. Stadium Resolusi. Bila membran timpani tetap utuh maka
keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi
perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh
baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. Berdasarkan usia: Ari,Anak lebih mudah terserang otitis media disbanding orang dewasa karena
beberapa hal, yaitu:
·
Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan
·
Saluran eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek
sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
·
Adenoid (salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam
kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar disbanding orang dewasa. Posisi
adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar
dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu, adenoid sendiri
dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah
lewat saluran Eustachius.
b.
Otitis
Media Kronis
Otitis
media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang
berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh
episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah
Proses peradangan di telinga tengah dan mastoid yang menetap >
12 minggu.Otitis media kronik adalah perforasi pada gendang telinga ( warmasif,
2009).
Otitis
media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk
sedikitnya satu bulan.Orang awam biasanya menyebut congek (Alfatih, 2007). OMK dibagi dapat dibagi
menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Tipe
tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
Tipe ini ditandai adanya perforasi
sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan
keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada mukosa
saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi
yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang
mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran
nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi pada penderita dengan
daya tahan tubuh yang rendah, campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat
perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari epitel squamosa. Sekret mukoid
berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari mukosa telinga tengah. OMK tipe benigna
berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,yaitu
- OMK
aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif
- OMK
tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.
- Tipe
Atikoantral (tipe malignan/ tipe bahaya)
Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe
marginal atau tipe atik, disertai dengan kolesteatom dan sebagian besar
komplikasi yang berbahaya dan fatal timbul pada OMK tipe ini.Kolesteatom adalah
suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi
terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar.
Banyak teori mengenai patogenesis
terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori invaginasi, teori migrasi,
teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus dan Pseudomonas aeruginosa.
Infeksi akan memicu proses peradangan lokal dan pelepasan mediator inflamasi
yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom bersifat
hiperproliferatif, destruksi, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini
dapat menekan dan mendesak organ disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi
tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam dari proses pembusukan bakteri.
Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti
labirinitis, meningitis dan abses otak.
* Kolesteatom
dapat diklasifikasikan atas dua jenis:
a. Kolesteatom kongenital.
Kriteria untuk
mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis (1965) adalah :
1. Berkembang dibelakang membran
timpani yang masih utuh.
2. Tidak ada riwayat otitis media
sebelumnya.
3. Pada mulanya dari jaringan
embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang berubah
menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital
kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal, umumnya
pada apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese nervus fasialis,
tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.1,2.
a.
Kolesteatom akuisital
atau didapat, anatara lain:
·
Primary acquired
cholesteatoma.
Kolesteatom yang terbentuk tanpa
didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom timbul akibat proses
invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat adanya tekanan negatif
pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi). Kolesteatom
yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida1,2
·
Secondary acquired
cholesteatoma.
Terbentuk setelah perforasi membran
timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga
atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi)
atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang
berkangsung lama (teori metaplasi).
- Bentuk
perforasi membran timpani adalah :
1.
Perforasi sentral.
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,
kadang-kadang sub total. Pada seluruh tepi perforasi masih ada terdapat sisa
membran timpani.
2.
Perforasi
marginal.Terdapat pada pinggir membran timpani dan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi
total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.
3.
Perforasi atik. Terjadi
pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul BAB I : Pendahuluan. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://sitisobariyah19.blogspot.com/2013/10/bab-i-pendahuluan-1_53.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Siti Sobariyah - Kamis, 10 Oktober 2013
Belum ada komentar untuk "BAB I : Pendahuluan"
Posting Komentar